Sawah Keramat: Pengalaman Nyata di Tengah Malam yang Mengubah Hidupku
Sawah Keramat
Namaku Rino. Aku bukan orang yang percaya hal-hal gaib. Tapi malam itu, sebuah pengalaman mengubah segalanya. Malam di mana aku benar-benar percaya bahwa dunia ini menyimpan sisi lain yang tidak bisa dijelaskan logika.
Semua bermula saat aku pulang dari rumah teman di desa sebelah. Jalanan utama ditutup karena perbaikan jembatan, jadi aku memutuskan melewati jalur lama, yakni jalan setapak yang membelah sawah dan hutan kecil. Orang-orang menyebut jalur itu "jalur keramat" , terutama bagian sawah yang katanya tak pernah bisa ditanami meskipun sudah dicoba berkali-kali.
Aku berjalan sambil menyalakan senter dari ponsel. Angin malam terasa lembab dan dingin, dan entah mengapa, setiap langkah seperti terdengar lebih keras dari seharusnya. Langit mendung, bintang-bintang tertutup, dan hanya suara jangkrik serta angin yang menemani.
Langkah yang Tak Kembali
Ketika aku mencapai bagian tengah sawah, sesuatu terasa salah. Langkah kakiku seolah semakin berat. Aku merasa seperti berjalan di tempat yang sama berulang-ulang. Pohon pisang kecil di pinggir sawah seharusnya sudah kulewati, tapi bayangannya terus ada di sisi kiriku. Seolah aku berputar dalam lingkaran tak terlihat.
Aku mencoba tetap tenang. Menoleh ke belakang, semuanya gelap. Ketika aku mengangkat ponsel untuk melihat arah, baterainya mati. Padahal sebelum berangkat masih 60%.
Lalu aku melihatnya.
Di kejauhan, di antara kabut tipis, ada sosok berjubah putih berdiri diam. Jaraknya mungkin 20 meter. Aku mencoba berteriak, tapi tenggorokanku kelu. Sosok itu tidak bergerak, tapi aku merasa dia "melihat" langsung ke mataku.
Suara yang Tak Terdengar
Tiba-tiba aku mendengar suara perempuan memanggil namaku. Lembut... tapi asing. Aku berbalik dan tidak melihat siapa pun. Lalu sosok putih itu perlahan berjalan, atau lebih tepatnya melayang, mendekat.
Aku ingin lari, tapi kakiku seperti tertanam di lumpur. Tubuhku dingin. Aku hanya bisa memejamkan mata dan membaca doa dalam hati. Suara-suara aneh mulai terdengar dari segala arah. Tawa kecil. Isak tangis. Dan seperti nyanyian Jawa kuno yang diputar mundur.
Tiba-Tiba Pagi
Saat aku membuka mata, langit mulai terang. Aku berdiri tepat di pinggir jalan raya utama, padahal aku tidak pernah merasa berjalan ke sana. Seorang petani tua menghampiriku dan berkata:
"Kamu beruntung. Banyak yang nggak balik kalau masuk ke sawah itu malam-malam."
Aku gemetar, tidak bisa berkata apa-apa. Hanya bisa mengangguk. Sejak hari itu, aku selalu memilih jalan yang lebih jauh asal tidak melewati jalur itu lagi.
Kisah Lama yang Terlupakan
Beberapa hari kemudian, aku kembali ke desa itu untuk menenangkan diri. Aku bertemu dengan Pak Surip, tetua kampung yang katanya menyimpan banyak cerita.
Pak Surip mengisahkan bahwa sawah itu dulunya adalah lokasi pembantaian pada masa penjajahan Belanda. Banyak warga yang dibunuh dan jasadnya dibuang begitu saja di sana. Seorang perempuan yang dibunuh dengan kejam sambil menggendong anaknya diyakini menjadi arwah penunggu jalur itu.
"Dia mencari jalan pulang... dan siapa pun yang menyerupai suaminya akan dibawanya," kata Pak Surip sambil menatap kosong ke arah sawah.
Penutup
Malam itu bukan hanya membuatku percaya pada hal gaib, tapi juga mengubah cara pandangku terhadap dunia. Tidak semua tempat bisa kita lewati seenaknya. Ada tempat-tempat yang perlu dihormati, bukan ditantang.
Kini, setiap kali aku melihat sawah berkabut, bulu kudukku masih berdiri. Dan aku tahu, di suatu tempat, ada yang masih berjalan dalam kabut, mencari, menunggu, dan mungkin menatap balik.
Jika kamu punya kisah nyata serupa, kirim ke saya lewat email: management@bimxo.my.id
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak dan sopan, mari kita budayakan bertutur kata yang baik dan saling menghormati. Mohon maaf bila komentar Anda yang tidak memenuhi kriteria tersebut akan admin hapus. Bila Anda ingin memberikan saran, kritik, masukan yang membangun, dan memberikan tambahan materi. Bila ada kekurangan pada artikel yang sedang dibahas dengan senang hati dipersilakan, terima kasih.