Virtual Influencer: Nyata atau Ilusi Digital?
Virtual Influencer di 2025: Nyata atau Hanya Ilusi Digital?
Dunia influencer berubah drastis di 2025. Kini bukan lagi hanya manusia yang menjadi selebgram, brand ambassador, atau model online. Sosok-sosok cantik, tampan, dan penuh gaya yang kita lihat di Instagram atau TikTok bisa saja bukan manusia sungguhan, melainkan AI atau karakter digital 3D.
Mereka disebut virtual influencer , dan tren ini sudah mulai menembus pasar Indonesia.
Apa Itu Virtual Influencer?
Virtual influencer adalah tokoh digital yang dibuat menggunakan AI, CGI (computer-generated imagery), atau kombinasi keduanya. Mereka memiliki akun media sosial, nama, kepribadian, gaya hidup, bahkan opini terhadap isu tertentu.
Beberapa nama global yang terkenal:
-
Lil Miquela (AS)
-
Imma (Jepang)
-
Thalasya (Indonesia – karakter lokal CGI)
Mereka bekerja sama dengan brand, muncul di iklan, bahkan menghadiri event digital melalui teknologi AR/VR.
Mengapa Virtual Influencer Makin Populer?
1. Tidak Ada Risiko Skandal
Brand menyukai virtual influencer karena mereka tidak punya emosi, tidak bisa melakukan kesalahan, dan tidak menuntut gaji besar. Semuanya bisa dikontrol oleh agensi.
2. Bisa Diatur Sesuai Target Market
Ingin influencer muslimah? Bisa. Ingin yang humoris dan suka anime? Bisa juga. Semuanya tinggal diatur oleh tim kreatif dan AI.
3. Lebih Murah dan Fleksibel
Sekali dibuat, karakter digital bisa diubah gaya, lokasi, ekspresi, tanpa perlu sesi foto mahal atau bepergian.
Virtual Influencer di Indonesia: Sudah Sampai Mana?
Indonesia mulai mengikuti tren ini sejak 2023. Thalasya dan Zhel kembali ramai dibicarakan di TikTok tahun ini, terutama setelah mereka bekerja sama dengan beberapa brand lokal seperti produk skincare dan makanan ringan.
Bahkan beberapa digital marketing agency kini menciptakan influencer AI mereka sendiri untuk mengiklankan produk klien.
Dampaknya bagi Influencer Manusia
Apakah virtual influencer akan “mencuri job” dari manusia?
Jawaban singkatnya: tidak sepenuhnya.
AI mungkin menang dari sisi konsistensi visual dan efisiensi, tapi tidak bisa menggantikan sisi emosional, keaslian, dan interaksi spontan manusia.
Namun, mereka tetap menjadi “ancaman kecil” untuk job iklan tertentu yang butuh efisiensi tinggi.
Bagaimana Jika Kamu Ingin Membuat Virtual Influencer?
Tools seperti:
-
Character Creator
-
Reallusion
-
Luma AI + MetaHuman
-
ChatGPT (untuk personality)
bisa digunakan untuk membangun karakter kamu sendiri, lengkap dengan bio, gaya komunikasi, dan tujuan branding.
Etika & Masa Depan: Harus Ada Batas
Seiring teknologi makin realistis, publik mulai bingung:
Apakah yang mereka ikuti itu orang sungguhan?
Maka regulasi seputar transparansi konten digital jadi penting. Harus ada keterangan:
“Karakter ini adalah digital, bukan manusia nyata.”
Kesimpulan: Virtual Influencer Adalah Masa Depan
Mereka adalah bukti bahwa dunia digital makin kompleks. Bukan hanya konten yang diubah, tapi bahkan identitas si penyampai pesan pun bisa artifisial.
Tapi jangan takut, manusia tetap dibutuhkan karena emosi, keaslian, dan koneksi sosial tidak bisa dipalsukan 100%.
#VirtualInfluencer #AIContent #TrenDigital2025 #CGIModel #MarketingAI #TrenAI
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak dan sopan, mari kita budayakan bertutur kata yang baik dan saling menghormati. Mohon maaf bila komentar Anda yang tidak memenuhi kriteria tersebut akan admin hapus. Bila Anda ingin memberikan saran, kritik, masukan yang membangun, dan memberikan tambahan materi. Bila ada kekurangan pada artikel yang sedang dibahas dengan senang hati dipersilakan, terima kasih.