Suara Misterius di Toilet Rumah Sakit Tua Bandung
Tertarik dengan kisah lengkapnya? Temukan lebih banyak cerita mencekam hanya di: www.bimxo.my.id
Awal Mula
Dina, mahasiswi tingkat akhir keperawatan, sedang menjalani praktik kerja di sebuah rumah sakit tua di pusat kota. Rumah sakit itu sudah berdiri sejak zaman kolonial Belanda, dan sebagian bangunannya bahkan belum pernah direnovasi. Suasana rumah sakit di malam hari terasa sangat berbeda—sunyi, dingin, dan mencekam. Banyak staf yang enggan berjaga malam, terutama di lantai 2, tempat di mana ruang isolasi lama dan toilet tak terpakai berada.
Namun malam itu, Dina tidak punya pilihan lain. Perutnya mendadak mulas, sementara toilet di lantai dasar sedang dibersihkan. Rekan-rekannya menyarankan untuk tidak pergi ke lantai 2, tapi Dina berpikir itu cuma mitos. Ia membawa ponsel dan menyalakan senter saat menaiki tangga yang berdebu menuju toilet tua itu.
Pertemuan yang Tak Diinginkan
Toilet lantai 2 terlihat jelas jarang digunakan. Dindingnya berjamur, kaca di cermin retak, dan ada genangan air kecil di lantai. Saat membuka salah satu bilik, Dina sempat ragu, tapi rasa tak nyaman di perut mengalahkan rasa takut.
Tak lama setelah ia masuk, terdengar suara pintu toilet berderit—ada yang masuk. Dina berhenti bergerak. Ia mendengar langkah kaki perlahan berjalan di depan bilik. Pikirannya berusaha tetap rasional: "Mungkin perawat lain," batinnya. Tapi langkah itu terlalu lambat... terlalu berat... dan terus berputar seakan mencari sesuatu.
Tiba-tiba, lampu toilet mati. Hening. Gelap. Hanya suara tetesan air dari keran yang mengiringi detik waktu yang seolah melambat.
Dina buru-buru menyalakan senter ponselnya. Saat ia mengarahkannya ke celah pintu... tak ada siapa pun. Tapi saat menoleh ke cermin luar bilik—ia melihatnya. Sosok wanita dengan rambut panjang kusut, mata kosong, dan baju pasien rumah sakit penuh darah, berdiri di depan cermin menatap langsung ke arah biliknya.
Teror Memuncak
Tubuh Dina gemetar hebat. Ia tidak berani membuka pintu. Tapi wanita itu bergerak. Perlahan. Mendekat ke arah bilik. Napas Dina tersengal. Tiba-tiba terdengar ketukan tiga kali di pintunya.
"Tok... tok... tok..."
Disusul suara lirih, seperti bisikan angin:
"Aku belum mati... kenapa kamu di sini...?"
Dina menjerit dan kehilangan kesadaran.
Setelah kejadian
Ia ditemukan keesokan paginya oleh tim kebersihan. Tubuhnya tergeletak di lantai toilet, dengan wajah pucat, tangan penuh luka cakaran, dan matanya terbuka menatap langit-langit. Ia dibawa ke ruang IGD dan baru sadar setelah dua jam.
Saat ditanya, Dina tak bisa banyak bicara. Dia hanya berulang kali mengucapkan, “Dia belum mati... dia belum mati...”
Rekan-rekan staf mulai menceritakan bahwa toilet itu dulunya memang tempat kejadian bunuh diri seorang pasien gangguan jiwa lima tahun sebelumnya. Wanita itu menggigit urat nadi sendiri dan meninggal di bilik yang sama tempat Dina masuk malam itu.
Sejak kejadian itu, banyak yang melaporkan penampakan yang sama: suara langkah kaki, lampu toilet mati tiba-tiba, dan sesosok wanita yang muncul di cermin, bertanya pada siapa pun yang masuk, “Kenapa kamu di sini?”
Penutup
Cerita ini menjadi peringatan bagi para staf dan mahasiswa praktik. Lantai 2 kini benar-benar ditutup untuk umum. Tidak ada yang berani lagi menginjakkan kaki ke toilet tua itu, bahkan di siang hari.
Kejadian yang dialami Dina tidak bisa dijelaskan oleh medis ataupun logika. Tapi bagi yang percaya, dunia ini memang menyimpan lebih banyak hal dari sekadar apa yang terlihat. Kadang, tempat yang terlihat biasa menyimpan roh yang belum tenang—menunggu, dan terus bertanya...
