Cerita Horor 2025 - Bayangan di Balik Tirai
Sudah seminggu sejak Ratna pindah ke rumah kecil di pinggiran kota, warisan dari bibinya yang wafat mendadak. Rumah itu tua, kayu-kayunya berderit jika diinjak, dan jendelanya dibiarkan tertutup tirai putih kusam yang selalu bergerak meski angin tak terasa.
Malam pertama tak ada yang aneh. Tapi pada malam ketiga, Ratna terbangun oleh suara bisikan. Bukan dari luar jendela, tapi... dari balik tirai di dalam kamarnya.
Awalnya ia pikir hanya suara angin, hingga tirai itu bergerak sendiri, pelan, seolah ada seseorang yang berdiri di baliknya.
Ia mendekat. Tak ada siapa-siapa.
Namun sejak malam itu, tiap jam 3 pagi, tirai itu selalu menggelepar. Seolah menolak diam. Dan di baliknya, bayangan samar semakin jelas... tinggi, kurus, dan... menatap.
Ratna mencoba mengabaikannya, tapi tiap malam bayangan itu makin dekat. Suara bisikan kini menyebut namanya.
"Ratna... pulangkan aku..."
Ia coba membuka tirai itu satu malam, dengan senter menyala. Tak ada apa-apa. Tapi saat ia menutup tirai kembali, ia melihat cermin di seberang ruangan... dan di sana, bayangan itu berdiri tepat di belakangnya.
Tertarik dengan kisah lengkapnya? Temukan lebih banyak cerita mencekam hanya di: www.bimxo.my.id
Sudah seminggu Ratna tinggal di rumah warisan bibinya yang wafat mendadak. Terletak di pinggiran kota, rumah kayu tua itu tampak sepi, sunyi, dan sedikit menyeramkan. Tidak ada tetangga dekat, hanya kebun belakang yang rimbun dan hening malam yang menusuk. Tirai putih di setiap jendela bergoyang meski udara di dalam terasa mati dan pengap. Tak ada kipas. Tak ada angin.
Awalnya Ratna mengira hanya imajinasi. Tapi malam demi malam rumah itu mulai berbicara bukan lewat kata, tapi lewat suara-suara samar yang muncul dari balik gelap: langkah kaki di lantai atas yang kosong, detakan kecil di dinding, atau desir kain yang tidak terlihat siapa pemiliknya.
Pada malam ketiga, tepat pukul 03.00 pagi, Ratna terbangun. Jantungnya berdebar meski ia tidak tahu apa penyebabnya. Di tengah remang kamar, tirai jendela yang biasa diam, kini bergerak... pelan... menyibak sedikit demi sedikit seolah seseorang sedang mengintip dari balik sana.
Ratna duduk tegak, ia menahan napas.
Dan saat ia menatap lekat-lekat ke arah tirai, samar-samar terlihat bayangan—bukan bayangannya sendiri, tapi lebih tinggi... lebih gelap... lebih asing.
Ia berani mendekat, membuka tirai dengan tangan gemetar. Kosong. Tapi ketika ia menutup tirai, sesuatu tampak di cermin lemari di belakangnya—sesuatu yang seharusnya tidak ada di sana. Bayangan itu berdiri diam, tepat di belakangnya, sebelum menghilang begitu ia menoleh.
Hari-hari berikutnya menjadi neraka. Tirai itu kini bergerak sendiri setiap malam, meskipun jendela tertutup rapat. Dan suara... suara bisikan itu makin jelas: "Ratna... pulangkan aku... Ratna..."
Ia mencoba menghubungi dukun, pendeta, paranormal—tak ada yang mau masuk rumah itu. Salah satu dari mereka hanya menatapnya lama dan berkata, “Bibi-mu tidak meninggalkan rumah ini dengan damai.”
Ratna mulai mencari tahu sejarah rumah itu. Ia menemukan sebuah foto tua bibinya—tersenyum dengan seorang pria tak dikenal. Di belakang foto itu tertulis nama pria tersebut... dan tanggal kematiannya, tiga tahun sebelum foto itu diambil.
Setelah malam ke-13, Ratna menghilang.
Tetangga yang jarang melihatnya pun mulai curiga. Polisi datang, mendobrak pintu, dan mendapati rumah itu kosong.
Tapi mereka semua bersaksi melihat satu hal yang sama saat melewati kamar Ratna.
Tirai jendela bergerak pelan.
Dan seseorang, atau sesuatu, sedang berdiri di baliknya... menatap ke luar, menunggu.